Semomen Bersama Kamu

Tulisan ini diposting secara langsung karena terinspirasi oleh kisah Angga yang sedang galau.

Iya, Angga itu gue, kenapa emang? Nggak terima kalo diri gue dijadiin objek tulisan gue sendiri? Hah?

Oke, lupakan.

Sebuah hubungan itu dipererat oleh kedekatan fisik, begitu kata motivator siapa gitu yang pernah gue baca. Gue keracunan kata-kata bijak emang, kadang-kadang sih udah bosen juga dengernya tapi kadang-kadang tetiba butuh banget buat penghibur atau penyemangat motivasi atau apalah itu. Ya kayak makan rendang, sambel ijo yang enaknya nggak hilang 2 hari 1 malem. Saat makan elu ngrasa kepedesan bahkan sampe terkadang perut elu mules-mules tapi begitu ada kesempatan lagi elu pengennya makan makanan yang sama, padahal resikonya jelas. Ya kayak gitu lah gue dan hobi gue membaca.

Ini kenapa segala kata bijak menjurus ke rendang sik? Sabodo teuing ah.

Oke, jadi sebuah hubungan itu dipererat oleh sebuah kedekatan fisik, begitu kata bijak yang pernah gue baca dan gue akan melebar ke rendang lagi, bikin mupeng tauk. Oke, fokus! Awalnya gue nggak nerima mentah-mentah pernyataan itu. Menurut gue banyak kok para pasangan hidup yang sukses menjalani sebuah hubungan yang terpisah jarak, yang di antara mereka terbentang deretan angka kilometer bahkan sampai 4 digit (ini belum termasuk pasangan suami istri astronot yang terpisah Bumi – Neptunus lho ya). Para pasangan suami istri TKI atau perantau yang harus menanti 1-5-10 tahun untuk bertemu Demi salah satu mereka mengejar kekayaan materi dunia. Saat keduanya akhirnya bertemu yang tercipta adalah tabungan cinta yang selama ini mereka kumpulkan dipecah. Mereka kaya, sangat gembira dan mungkin 3 malam sebelumnya tak mampu memejam mata demi menyambut hari H. Tapi apa yang terjadi setelahnya? Setelah tabungan mereka sudah mereka pakai, cadangan tinggal sedikit, para istri mulai jengah melihat tingkah suami yang tidak “menghasilkan” selama di rumah, terpaksa koperpun dikemas. De javu! Mereka menabung dari awal lagi. I feel you, bang Toyib. I feel you! Giliran 3x puasa nggak pulang dicariin lewat media dangdut pantura. Egiliran duit habis bakal ditendang lagi-lagi lewat media yang sama, dangdut pantura, tapi kali ini nada penyanyinya segalak FPI gerebek warteg pas puasa.

Sebenernya kemauan gue untuk menulis ini tuh tumbuh saat tadi nggak sengaja baca trivia soal musik, tau nggak apa wasiat Bob Marley saat sekarat ke anaknya?

“Money can’t buy life”

~ daleeeeem

Agak nggak nyambung emang tapi coba deh disinkronkan antara cinta dan harta. Disambung-sambungin pasti bisa lah.

“Loving you is hard enough. But losing you -that is surely harder.” ~ Fatima Alkaaf

Masih hapal banget waktu dia kemarin ngomong “capek nggak mas perjalanan ke sini?” dan gue dengan elegan, cool dan berwibawa menjawab “nggak terasa, tapi pas nanti pulang dari sini, pergi dari kamu, pasti rasanya berton-ton rasa entah apa namanya hinggap di pundakku. Aku nyerah buat pergi dari samping kamu, tapi aku ditarik paksa dari depan, aku harus pulang”, “aku harap suatu saat kamu jadi tempat tujuanku pulang, biar aku nggak terpaksa dan terasa capek. Aku harap kamu yang selalu was-was menanti perjalananku, bukannya pintu kontrakan dan hari Senin yang melambai-lambai”.

Makanya aku pengen nyari kerja di deket kamu, biar bisa deket kamu, biar nggak perlu nabung rindu yang sekalinya meletup udah kayak gunung Merapi, sekali tapi dalam 4 tahun, habis meletup yaudah nunggu 4 tahun lagi. Aku pengen kayak ombak, konsisten tiap hari melayani kebutuhan para peselancar, kamu. Jangan pandang aku sebelah mata, karena di dunia ini hanya ada 2 orang yang boleh melakukannya. Bajak laut dan Jaja Miharja, bukan kamu! Aku menjanjikan masa depan bahagia.

Bukan menyudutkan pasangan yang LDR tapi buat apa sih rela berjauh-jauhan? Deket itu enak tau, bisa manja-manjaan. Hahaha.

Leave a comment